
Foto : Dokumentasi Pribadi
Penulis : Khaerunnisa Tryastuti (Gizi, Universitas Diponegoro)
Editor : Tim Redaksi Eppyco Media
Wonogiri (21 Januari 2025) – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim 1 Universitas Diponegoro (Undip) melaksanakan penyuluhan mengenai upaya pencegahan stunting dan pola asuh anak di Desa Pucung, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya para orang tua dan kader posyandu, tentang pentingnya pola asuh yang tepat serta kebersihan lingkungan dalam mencegah stunting pada bayi dan anak.
Penyuluhan ini dipandu oleh Khaerunnisa Tryastuti, mahasiswi Program Studi Gizi Undip, yang memberikan edukasi tentang faktor penyebab stunting dan cara pencegahannya. Ia menekankan bahwa stunting bukan hanya akibat kekurangan gizi, tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang baik serta kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh akibat defisiensi gizi kronis, infeksi berulang, serta kurangnya stimulasi yang tepat sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Masa ini dikenal sebagai 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu periode emas yang sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan. Jika anak mengalami hambatan dalam pertumbuhan pada fase ini, dampaknya bisa bersifat jangka panjang, mulai dari keterlambatan perkembangan kognitif, gangguan kesehatan, hingga menurunnya produktivitas di usia dewasa.
Meskipun angka stunting di Desa Pucung tergolong rendah berdasarkan data Posyandu setempat, tetap diperlukan langkah preventif agar angka tersebut tidak meningkat. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam mencegah stunting adalah pola asuh orang tua dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga.
“Kejadian stunting di desa pucung memang tidak banyak, masih dibawah rata-rata. Namun tetap harus diperhatikan terutama pada ibu hamil.” Ujar ahli gizi puskesmas.

Foto : Pemberian Materi dan Diskuis pada Kegiatan (Upaya Pencegahan Stunting)
Peran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Mencegah Stunting
Selain pola asuh, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pencegahan stunting. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas lebih rentan mengalami infeksi berulang, seperti diare dan cacingan, yang dapat menghambat penyerapan nutrisi dan menyebabkan kekurangan gizi.
Dalam penyuluhan ini, masyarakat diedukasi mengenai pentingnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa praktik PHBS yang dianjurkan untuk mencegah stunting meliputi:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan, setelah menggunakan toilet, serta setelah menangani bayi dan anak-anak.
2. Menggunakan air bersih dan memastikan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan higienis untuk menghindari kontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.
3. Membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan rumah serta lingkungan sekitar, guna mencegah penyebaran penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan anak.
4. Menggunakan jamban sehat, karena sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi usus dan menghambat penyerapan nutrisi.
5. Memberikan anak makanan yang bergizi dan bebas dari zat berbahaya, seperti makanan yang terlalu tinggi gula, garam, dan bahan pengawet yang bisa berdampak buruk pada kesehatan anak dalam jangka panjang.
Dengan menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari, risiko infeksi yang berkontribusi terhadap stunting dapat dikurangi, sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan optimal.

Foto : Penyerahan Media kepada Perwakilan Posyandu Desa Pucung
Manfaat Penyuluhan bagi Kader Posyandu dan Masyarakat
Penyuluhan ini tidak hanya menyasar para ibu, tetapi juga kader posyandu yang berperan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan meningkatnya pemahaman tentang pola asuh dan PHBS, kader posyandu diharapkan dapat lebih aktif dalam menyebarkan informasi kepada orang tua, sehingga semakin banyak keluarga yang menerapkan pola asuh sehat serta menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami berharap, melalui penyuluhan ini, masyarakat semakin sadar akan pentingnya pola asuh yang tepat dan lingkungan sehat dalam mencegah stunting. Pencegahan harus dimulai sejak dini, bahkan sejak ibu mengandung, agar anak bisa tumbuh dengan optimal,” ujar Khaerunnisa Tryastuti, selaku pemateri dalam kegiatan ini.
Penyuluhan ini mendapat respons positif dari warga, terutama para ibu dan kader posyandu yang merasa mendapatkan informasi berharga mengenai cara mencegah stunting melalui perbaikan pola asuh dan kebersihan lingkungan. Dengan adanya edukasi ini, diharapkan angka stunting di Desa Pucung dapat terus ditekan dan generasi mendatang dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berkualitas.
Melalui langkah-langkah preventif seperti penyuluhan gizi, peningkatan kesadaran akan PHBS, serta perbaikan pola asuh anak, diharapkan kasus stunting dapat dicegah secara efektif. Masyarakat perlu memahami bahwa stunting bukan hanya sekadar masalah kurang gizi, tetapi juga terkait dengan pola asuh yang kurang tepat dan lingkungan yang tidak mendukung kesehatan anak. Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak—termasuk orang tua, kader posyandu, tenaga kesehatan, dan pemerintah desa—diperlukan dalam menciptakan generasi masa depan yang lebih sehat dan berdaya saing.