87 views 2 mins 0 comments

Konservasi Air Berkelanjutan: Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro Kenalkan Optimalisasi Lubang Resapan Biopori

In Pendidikan
Februari 12, 2025



Foto : Dokumen Pribadi

Penulis : Efrat Imanuel Linting (Teknik Sipil, Universitas Diponegoro)
Editor : Tim Redaksi Eppyco Media

Wonogiri, 11 Februari 2025 – Lubang biopori semakin diakui sebagai solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi genangan air dan mengelola sampah organik di lingkungan rumah. Teknologi ini diperkenalkan kepada warga Desa Minggarharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri dalam sebuah pelatihan pembuatan lubang biopori yang diselenggarakan oleh Tim KKN I 2024/2025 Universitas Diponegoro. Salah satu mahasiswa yang terlibat dalam program ini, Efrat Imanuel Linting dari jurusan Teknik Sipil, turut aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Pelatihan yang berlangsung pada 7 Februari 2025 ini diadakan di rumah Bapak Giyanto, Kepala Dusun Bero, dan dihadiri oleh Bapak Wahyu, Ketua RT Dusun Bero, serta sejumlah warga desa. Suasana terlihat hangat sejak awal acara. Warga, baik yang muda maupun yang lebih senior, duduk bersama mendengarkan pemaparan tentang manfaat lubang biopori. Untuk mempermudah pemahaman, Tim KKN membagikan leaflet dengan infografis sederhana yang menjelaskan bagaimana lubang biopori bekerja dalam mempercepat resapan air dan mengubah sampah organik menjadi pupuk alami.

Setelah sesi teori, warga diajak langsung untuk praktik di pekarangan rumah Bapak Giyanto. Mahasiswa KKN memperlihatkan cara menggali lubang dengan kedalaman yang tepat, memasang paralon berlubang, serta mengisi lubang dengan sampah organik agar berfungsi sebagai tempat resapan air sekaligus media pengomposan. Beberapa warga mencoba sendiri menggunakan bor tanah yang disediakan, sementara lainnya membantu menyiapkan sampah organik seperti sisa daun dan kulit buah.

Melihat antusiasme warga, Bapak Giyanto, Kepala Dusun Bero, menekankan pentingnya menerapkan metode ini dalam kehidupan sehari-hari.

“Kalau kita semua rutin bikin lubang biopori di sekitar rumah, air hujan bisa lebih cepat meresap dan tidak menggenang. Sampah dapur pun tidak perlu dibuang begitu saja, malah bisa jadi pupuk untuk tanaman,” ujarnya.

Sebagai langkah lanjutan, Tim KKN menyerahkan alat pendukung, seperti bor tangan dan perangkat lubang biopori kepada masyarakat agar mereka bisa melanjutkan praktik ini secara mandiri. Hingga akhir pelatihan, sebanyak tiga lubang biopori berhasil dibuat di pekarangan rumah warga.

Meskipun jumlah lubang yang dibuat masih terbatas, warga kini lebih memahami manfaat biopori dan berencana membuat lebih banyak di lingkungan sekitar. Tim KKN berharap metode ini dapat terus diterapkan untuk mendukung konservasi air dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.