51 views 4 mins 0 comments

Solusi Dari Penanaman Tanaman Dengan Lahan Yang Sempit Di Ruang Perkotaan, Mahasiswa KKN UNDIP Membuat Konsep Penanaman Sayur Dengan Konsep Hidroponik Dan Vertical Garden Di Kelurahan Mojosongo, Kota Surakarta

In Uncategorized
Februari 12, 2025


Foto : Dokumentasi Pribadi

Penulis : Nicholas Todai Sangaji (Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro)
Editor : Tim Redaksi Eppyco Media

Mojosongo, Februari 2025 – Mahasiswa dari program studi Perencanaan Wilayah dan Kota yang mengikuti kegiatan KKN Undip tahun 2025 di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, sudah melakukan dan menyelesaikan program monodisiplin dengan program kerja yaitu sosialisasi dan pengenalan konsep kota hijau dengan konsep penanaman hidroponik dan vertical garden. Dalam pengerjaan dan proses yang dilakukan diharapakan program tersebut dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk menanam atau hobi berkebun namun memiliki keterbatasan pada lahan untuk menanam yang sekaligus mendukung konsep kota hijau.

Kelurahan Mojosongo merupakan kelurahan yang berada pada area perkotaan Kota Solo dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan dengan kelurahan yang berada di Kota Solo lainnya. Kawasan yang berada pada area perkotaan memiliki kecendurungan lahan terbuka yang lebih sempit atau kecil dibandingkan dengan area perdesaan. Keterbatasan lahan terbuka membuat masayarakat perkotaan kesulitan dalam menanam tanaman terutama sayuran. Solusi yang bisa ditawarkan dalam mengatasi masalah tersebut bisa dengan penanaman secara vertikal yang tidak memakan banyak tempat.

Konsep vertical garden atau kebun vertikal diterapkan di area yang memiliki lahan terbuka untuk menanam yang sempit atau kecil. Konsep vertical garden atau kebun vertikal dapat menggunakan media tanah seminimal mungkin atau bahkan mengganti media tanah dengan medaia tanam lain seperti pada konsep hidroponik yang hanya menggunakan air dan rockwool sebagai pengganti tanah. Dalam konsep penanaman hidroponik memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu konsentrasi dan jumlah pupuk atau zat hara, jumlah oksigen terlarut, tingkat kemasaman larutan (pH), dan cahaya matahari.

Pada program kerja monodisiplin yang dilakukan, perlu memerhatikan mengenai rangka dan juga zat hara yang digunakan beserta penempatan atau letak tanaman tersebut agar tidak layu atau kekurangan nutrisi. Rangka yang digunakan dalam kebun vertikal ini menggunakan pipa paralon dan selang karet sebagai rangka utama dan juga net pot serta botol bekas sebagai wadah untuk sayuran tumbuh. Penggunaan botol bekas juga bagian dari pemanfaatan barang bekas agar bisa bermanfaat. Penggunaan pupuk untuk hidroponik juga diperhatikan dalam pelaksanaan program kebun vertikal dimana komposisi yang digunakan untuk pupuk yaitu menggunakan campuran pupuk A dan pupuk B dengan perbandingan masing-masing pupuk yaitu 30 ml setiap 10 liter air yang digunakan.

Tahap penyemaian bibit hingga pemanenan juga diperhatikan agar sayur dapat tumbuh dengan baik. Tahap penyemaian bibit dapat menggunakan media tisu atau rockwool tempat bibit agar bisa menumbuhkan tunas dan akar. Bibit yang digunakan harus diseleksi terlebih dahulu untuk memisahkan bibit yang bagus dan yang buruk dimana bibit yang bagus dapat dilihat dengan menggunakan air, jika bibit tersebut tenggelam maka bibit tersebut memiliki potensi besar dapat tumbuh. Bibit sayuran yang digunakan yaitu sayuran pok coy dan juga selada yang diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bahan makanan yang dapat dikonsumsi.

Dengan adanya program kerja ini, Nicholas Todai Sangaji sebagai mahasiswa yang melaksanakan program kerja monodisplin ini berharap masyarakat pada RW 05 sebagai RW yang terpilih menjadi sasaran program kerja hidroponik ini dapat lebih tau mengenai konsep kebun vertikal dan dapat membagikan pengalaman juga ilmu kepada masyarakat Kelurahan Mojosongo ataupun masyarakat kelurahan atau desa lainnya.